Lompat ke isi utama

Rama Baper, Shinta Protes

pentas wayang klithih

Generasi milenial adalah kata lain dari pemaknaan generasi muda saat ini. Generasi milenial adalah generasi Y dan Z atau lebih tepatnya anak muda yang lahir di zaman kecanggihan teknologi informasi saat ini. Sebagaimana layaknya generasi muda, mereka adalah orang-orang yang mesih enerjik dan dalam masa keindahan meilhat dunianya. Ada banyak cara dan waktu luang yang tersisa selain belajar untuk akademis dan otaknya di sekolah. Namun dukungan lingkungan untuk mengelola bakat, minat dan potensinya mutlak diperlukan. Sebagaimana keingingannya untuk mendapat pengakuan, achievment, maupun apresiasi dari lingkungan tempat tinggalnya.

Kegiatan-kegiatan berbasis komunitas maupun minat yang lebih terbuka dalam bidang kebudayaan dan kesenian adalah sebuah ruang yang terkadang hanya dipandang sebelah mata. Namun pentingnya hal sepele untuk diolah menjadi hal luar biasa juga sangat dibutuhkan untuk tidak meninggalkan siapapun dalam kehidupan budaya dan sosial.

Hapuskan Stigma Negatif Klithih, Tritura Art Community Adakan Wayang Klithih

Mungkin banyak orang yang tahu bahwa saat ini Jogja sedang masuk dalam kondisi darurat Klithih. Klithih sendiri merupakan sebuah tindakan anarkisme yang biasanya dilakukan oleh para pelajar dan sudah memakan banyak korban. Klithih kemudian menjadi hal yang identik dengan anak usia sekolah. Sehingga banyak orang yang menyamaratakan anggapan bahwa semua anak usia sekolah mulai dari SMP sampai SMA merupakan pelaku Klithih. Padahal anggapan itu sepenuhnya salah. Fenomena inilah yang kemudian membuat Tritura Art Community tergerak untuk mengakhiri anggapan masyarakat bahwa semua anak muda adalah pelaku Klithih dan membuat “Klithih” yang positif yakni dengan membentuk dan mendampingi Komunitas Wayang Klithih, sebuah komunitas wayang anak-anak seusia SMA membuat pertunjukan Wayang Klithih.

Klithih sejatinya berasal dari bahasa Jawa yang artinya berkeliling tanpa makna. Tritura Art Community kemudian mencoba menghadirkan “Klithih” atau keliling yang positif. Salah satunya melalui bidang kesenian, yakni Wayang. Seperti yang banyak orang tahu, wayang sejatinya merupakan salah satu kesenian tradisi yang memiliki pakem yang cukup rumit. Mulai dari durasi pementasannya yang bisa semalam suntuk sampai pada tiap gending yang dibawakan. Hal ini kemudian membuat wayang seolah-olah jauh dari jangkauan anak muda jaman sekarang. Padahal sebenarnya wayang tetap bisa dibuat dekat dan akrab dengan anak muda jaman sekarang dengan mengkombinasikan budaya masa kini dan pakem wayang pada umumnya

Wayang Klithih membangun kembali pakem cerita dan penokohan pada pementasan wayang konvensional. Dalam bentuk pertunjukannya, Wayang Klithih tidak hanya didampingi oleh gamelan seperti wayang pada umumnya, tapi juga dikolaborasikan dengan musik modern seperti hip-hop dan beatbox. Sementara untuk tema pementasannya sendiri, Wayang Klithih mengangkat cerita baru yang masih berdasarkan cerita lama seperti Mahabarata dan Ramayana. Tema yang diangkat adalah representasi dari isu yang sedang terjadi di kalangan anak muda. Tema tersebut merupakan tema yang dekat dan menjadi kegelisahan yang kerap dihadapi anak-anak muda. Sebagai salah satu contoh pemilihan judul “Rama Baper” aka SHINTA PROTES yang mengkritisi Rama yang meminta Shinta untuk membakar diri hanya karena ia ingin memastikan kesucian Shinta.

Wayang Klithih akan pentas di 14 kecamatan Kotamadya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tritura Art Community berharap Wayang Klithih bisa menjadi counter attack atas anggapan negatif bahwa semua anak muda Jogja adalah pelaku Klithih. Selain itu Wayang Klithih diharapkan mampu menghasilkan embrio berbagai kegiatan positif lainnya yang berasal dari kalangan muda di Yogyakarta.

Tritura Art Community merupakan sebuah kelompok kesenian yang bergerak dalam banyak bidang kesenian dan sudah menyelenggarakan banyak acara kesenian, kebudayaan atau pun acara lain yang memberikan banyak manfaat untuk masyarakat luas.